Selasa, 27 Juli 2010

Menagih Kampus : Sebuah Ironi (Part 1)

Berapa yang harus kita bayar untuk sebuah energy di setiap kehidupan keseharian yang telah dilakukan, sehari, seminggu, sebulang, setahun, hingga sepanjang hidup ini. Tak terhitung berapa jumlah sumber energy yang digunakan. Semua sesuai dengan hokum termodinamika I, “Energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, namun diubah menjadi bentuk energy lain”. Itulah yang terjadi dalam siklus alam semesta ini.

Berganti hati, untuk menatap masa depan manusia dengan sifatnya, penuh kebaikan, dan juga ada yang penuh dengan keburukan. Ini semua terkait dengan energy yang selalu digunakan dalam melangkah hidup. Penat adalah saat isu global warming menyapa kita semakin keras setiap hari, hingga bukan menjadi sebah isu, namun menjadi ancaman global. Bukan siapa, mungkin jelas saat alam menyanyikan lagu yang berjudul “KARMA” dengan alunan music dari coklat kepada kita semua masyarakat bumi: dan kau pantas dapatkannnn…... Hingga kita mencari cermin untuk memantulkannya kembali.

Sesuatu hal yang aku benci, beragam cara untuk mencegah agar tidak terlanjur basah. Konotasi yang tepat bagaimana jika lingkungan kita telah mulai menjadi hal yang begitu buruk. Namun mengapa ini semua hanya bersuara dari masayarakat yang penuh kebaikan. Tapi semuanya itu bias.

Mengartikan semua celoteh yang diutarakan untuk masa depan, energy yang potensial hampir termakan waaktu, menjadi selimut bumi yang panas. Harus mengurangi, hingga aku merasa bosan untuk mendengarkan kalimat pasaran ini : GO GREEN, SAVE OUR EARTH, ENVIRONTMENTAL, ETC. semua hanya sebuah slogan saja, menjadi sebuah omong kosong yang besar sekali.

Haruskah butuh pengujian hipotesi dengan beragam pengujian kebenaran jika kebenaran telah didepan mata. Harus kembali kepada sifat manusia itu sendiri ketika harus mengorbankan mana yang menjadi prioritas utama. Saat semua berkata “SAVE OUR EARTH”, saat itu pula fosil yang berumur jutaan tahun tetap saja meningkat pemakaiaannya, pabrik kendaraan bermotor semakin makmur sejahtera, jalanan semakin macet, dan selubung bumi menjadi sebuah perlombaan dengan matahari dalam hal suhu.

Sunggu IRONI yang nyata. Belum lagi ketika berbicara dengan penghisap lingkaran setan bumi, yang menghasilkan produktivitas primer. Semua menunggu waktu untuk menjadi fosil. Walau orang baik memberikan perlindungan, tetap saja gebrakan seperti mahasiswa yang meruntuhkan ORBA dari orang yang terlalu rakus.

Dan bagaimana?


........be continue

0 komentar:

Posting Komentar

 
Designed by: bang uud and aziz anak kos