Sabtu, 31 Maret 2012

Earth Hour : Satu Jam untuk Puluhan Tahun Mendatang


BEM KM Fakultas Geografi hari ini juga ikut berkontribusi dalam Kampanye Earth Hour dalam bentuk sederhana. Kami menghimbau teman-teman seperjuangan untuk mematikan lampu selama satu jam pada pukul 20.30-21.30 hari ini. penghematan energi selama satu jam saja ini akan sangat berpengaruh pada energi di bumi  selama berpuluh-puluh tahun mendatang untuk kita, anak, dan cucu kita pula.

Tidak hanya untuk menghemat energi sebenarnya. Dengan memadamkan lampu dan listrik setidaknya kita memberi waktu barang satu jam bagi bumi untuk beristirahat. Manusia sebagai makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa pun masih membutuhkan istirahat, apalagi bumi tempat kita berpijak ini. Eksploitasi yang telah manusia lakukan pada bumi dibayarkan dengan satu jam memadamkan listrik, apakah itu masih terlalu berlebihan dan mengganggu kegiatan kita? Sebagai manusia, banyak sekali ucapan terima kasih pada bumi yang telah bersedia sebagai tempat berpijak kita sehari-hari dari lahir sampai mati, membiarkan bumi memandang kita dengan tingkah laku lucu kita yang telah mengeksploitasi bumi yang telah baik pada kita.

Lalu, kenapa kita harus ikut aksi kampanye EARTH HOUR ini? Bukanlah suatu keharusan, namun sebuah kesadaran yang harus kita miliki sebagai makhluk yang tidak bisa menghidupi dirinya sendiri dan bergantung pada bumi, bahkan sampai sekarang pun belum ditemukan planet lain yang bisa ditinggali dengan mudahnya seperti bumi. Jika tidak kita memulai dari sekarang dan melalui kesadaran diri sendiri, kapan lagi? Penyesalan tidak bisa mengembalikan apapun di kemudian hari. Daripada menyesal, mending kita sisihkan satu jam tanpa listrik untuk bumi kita yang lebih baik. Betul??


Selain Indonesia, ternyata banyak juga negara lain yang ikut berkontribusi dalam Kampanye Earth Hour lho :)

Foto kota-kota sebelum dan sesudah Earth Hour tahun lalu













http://l.yimg.com/bt/api/res/1.2/SPw...172614-565.jpg




Berikut lima fakta menarik dari Earth Hour:

1. Logo 60+

Logo Earth Hour awalnya hanya menggunakan angka 60 saja bermotif Planet Bumi untuk melambangkan 60 menit waktu yang digunakan saat Earth Hour. Namun, sejak 2011, logo tersebut mendapat tambahan tanda + (plus) di belakang angka 60. Tanda plus tersebut merepresentasikan tujuan Earth Hour yang mendorong publik untuk melakukan aksi lanjutan setelah satu jam mematikan lampu berakhir.

WWF berharap kegiatan efisiensi energi yang dilakukan semua partisipan Earth Hour tidak berhenti di satu jam saja, tapi bisa terus berlanjut menjadi gaya hidup plus aksi ramah lingkungan lainnya yang diterapkan setiap hari. Setelah satu jam, jadikan gaya hidup!

2. Mengapa selalu digelar hari Sabtu?
Earth Hour digelar di hari Sabtu supaya tidak menggangu aktivitas rekan-rekan yang masih bekerja hingga larut malam di hari kerja (Senin-Jumat). Selain karena alasan produktivitas kaum pekerja, alasan kenyamanan pun menjadi pertimbangan.

Hari Sabtu adalah hari libur yang umumnya digunakan juga oleh anggota keluarga untuk berkumpul bersama di rumah. Tim kampanye Earth Hour berharap setiap anggota keluarga, siapapun mereka, berapapun usianya bisa berpartisipasi mengambil langkah simpel untuk menyelamatkan bumi sekaligus mempererat kebersamaan mereka. Di situs Earth Hour Indonesia terdapat 10 tips kegiatan seru yang bisa dilakukan bersama keluarga saat lampu mati.

3. Mengapa Earth Hour digelar di akhir Maret?
Akhir Maret dipilih sebagai waktu penyelenggaraan Earth Hour karena saat itu, mayoritas negara di seluruh belahan dunia sedang mengalami pergantian musim sehingga suhunya pun cukup nyaman bagi penduduk bumi jika pendingin maupun pemanas ruangan dimatikan saat Earth Hour.

Selain itu, di akhir Maret, rata-rata semua belahan dunia sudah cukup gelap sekitar jam 20.30 – 21.30 sehingga efek Earth Hour akan sangat terasa. Lain hallnya jika dilakukan di pertengahan tahun dimana negara-negara tertentu masih terang hingga jam delapan malam.

4. Mengapa Jakarta?
Selain karena statusnya sebagai ibu kota dengan beberapa bangunan ikonik yang dapat dipadamkan, Jakarta juga merupakan konsumen listrik terbesar di Indonesia. Berdasarkan data konsumsi listrik tahun 2008,total 23% konsumsi listrik Indonesia terfokus di DKI Jakarta dan Tangerang. Itu untuk skala kota. Lain halnya jika melakukan perbandingan antar pulau, maka wilayah Jawa-Bali adalah konsumen listrik terbesar di Indonesia. Sebesar 78% konsumsi listrik negara terpusat di kedua pulau ini.

5. Apa manfaat yang didapat jika kita melakukan efisiensi energi listrik?
Mayoritas energi listrik yang kita nikmati masih dihasilkan dari pembakaran sumber daya yang tidak terbarukan (minyak bumi dan batu bara). Padahal, kita tahu bahwa ketersediaan bahan bakar tersebut semakin menipis dan dampak pembakarannya pun menghasilkan emisi yang mempercepat laju pemanasan global.

Untuk menghindari kerugian yang lebih luas akibat pemanasan global, ada dua cara yang bisa kita lakukan, yaitu efisiensi energi dan konversi energi ke sumber-sumber terbarukan. Earth Hour merupakan salah satu wujud efisiensi energi yang bisa dilakukan semua orang secara sederhana.

Bayangkan, kalau 10% warga Jakarta saja melakukan penghematan listrik saat Earth Hour, energi yang dihemat bisa bermanfaat memenuhi kebutuhan listrik di 900 desa dan menyediakan oksigen bagi 534 orang.

Kalau selama ini kita yang menghirup napas di bumi, bisa dibilang Earth Hour adalah momen yang kita berikan kepada bumi untuk bernapas sejenak dari tekanan-tekanan yang kita hasilkan. Hal kecil, jika dilakukan bersama-sama, akan besar manfaatnya. Setuju, kan?


0 komentar:

Posting Komentar

 
Designed by: bang uud and aziz anak kos